
Pep Guardiola mengejutkan dunia sepak bola ketika memutuskan mengundurkan diri sebagai pelatih Barcelona pada akhir musim 2011/2012. Di usia 41 tahun, Guardiola mengubah Barcelona menjadi salah satu klub terbaik dunia. Tiga gelar Liga dan dua mahkota Liga Champions dalam tiga tahun terakhir membuktikan prestasinya.
Tapi
musim ini tidak berjalan mulus. Yang pertama, persaingan dengan Jose Mourinho
dan Real Madrid yang menggulingkan Barca dari kandidat juara La Liga dan
kekalahan mengejutkan dari Chelsea di semi final Liga Champions.
Guardiola
mengaku letih setelah empat tahun membimbing anak asuhnya meraih banyak
prestasi.
Tapi
bos Catalan itu bukanlah orang pertama yang mundur ketika sedang berada di
puncak kariernya. Masih ada beberapa pelaku dunia olahraga yang membuat dunia
terkejut dengan keputusan mundur atau pensiun dini.
Berikut
ini 12 pengunduran diri dan pensiun paling mengejutkan di dunia olahraga,
seperti yang pernah dilansir oleh Yahoo! Eurosport:
Michael
Jordan (Basket)
Michael
Jordan adalah seorang bintang besar ketika gantung sepatu pada 1993 (yang
pertama dari tiga kali pensiun). Setelah memimpin Chicago Bulls tiga kali
berturut-turut menjadi juara NBA dan mendapatkan banyak penghargaan individual,
dia memutuskan keluar dari basket dan pindah ke baseball.
Jordan
mengambil keputusan itu untuk menghormati ayahnya, yang meninggal dunia setahun
sebelumnya, tapi dia kembali bermain pada musim 1995-1996 dan membawa timnya
menikmati kemenangan. Dia kemudian memutuskan untuk pensiun lagi (kali ini
orang tidak kaget), sebelum kembali untuk dua musim lagi dengan Washington
Wizard hingga akhirnya menggantung sepatunya untuk yang ketiga kali, dan
pensiun terakhir pada 2003.
Lorena
Ochoa (Golf)
Ochoa
mengejutkan dunia golf ketika pensiun pada 2010 dalam usia yang baru menginjak
28 tahun. Atlet Meksiko itu sudah mendominasi tur wanita selama tiga tahun
terakhir dan menyabet banyak gelar, yang membuatnya menjadi salah satu bintang
olahraga terbesar di Meksiko (yang gila sepak bola, tadinya golf dilihat
sekadar pengisi waktu senggang kaum elit).
Ochoa
mengungkapkan alasan pensiunnya dalam konferensi pers: "Saya sadar saya
ingin memulai hidup baru." Namun dia tetap menyimpan kartu LPGA miliknya
supaya dia bisa bermain dalam Lorena Ochoa Invitational dan mengungkapkan:
"Saya ingin membiarkan kesempatan terbuka jika saya ingin kembali dalam
satu atau dua tahun untuk bermain di US Open atau Kraft Nabisco."
Rocky
Marciano (Tinju)
Rocky
Marciano adalah satu-satunya juara tinju kelas berat yang mempertahankan rekor
tidak terkalahkan sampai pensiun. Dia mundur pada 1956, beberap bulan setelah
mengalahkan petinju veteran Archie Moore. Mungkin yang paling mengejutkan
adalah tidak hanya dia pensiun dalam usia muda 32 tahun, tapi Marciano juga
berhasil menahan godaan tidak kembali ke ring -- seperti terjadi pada banyak
petinju.
Dia
memang sempat mempertimbangkan kembali naik ring pada 1959 ketika Ingemar
Johansson memenangkan gelar kelas berat dari Floyd Patterson, tapi kemudian
membatalkan rencana itu setelah beberapa bulan kembali ke gym. Dia menyudahi
kariernya dengan 49 kemenangan dari 49 pertandingan (43 menang dengan KO). Dia
meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan pesawat pada 1969, sehari sebelum ulang
tahunnya yang ke-46.
Johan
Cruyff (Sepak bola)
Johan
Cruyff adalah bintang timnas Belanda saat mencapai final Piala Dunia 1974 dan
Piala Dunia 1978 di Argentina, meskipun tidak akan pernah bermain dalam
turnamen tersebut. Cruyff pensiun dari dunia sepak bola internasional pada
Oktober 1977 dengan alasannya saat itu keberatan atas kediktaktoran militer
yang berkuasa di Argentina masa itu.
Namun
pada 2008 Cryuff mengungkapkan alasan sebenarnya adalah karena dia dan
keluarganya mengalami percobaan penculikan di Barcelona setahun sebelum
turnamen dimulai.
"Untuk
bermain di Piala Dunia, Anda harus 200 persen sehat," ujarnya pada sebuah
radio Spanyol. "Ada saat ketika terdapat nilai-nilai lain dalam
kehidupan." Meski merupakan salah satu pemain terbaik sepanjang masa,
Cryuff hanya bermain 48 kali bersama Belanda, dan menyarangkan 33 gol.
Tanpanya, Belanda kembali mencapai final, tapi kalah dari tuan rumah Argentina
dalam babak perpanjangan waktu.
Bjorn
Borg (Tenis)
Pada
1981 Bjorn Borg (43) adalah salah petenis top dunia. Dia memenangkan 11 gelar
Grand Slam, memecahkan rekor kemenangan berturut-turut terbanyak sepanjang
sejarah tenis. Namun, setelah kalah dari saingannya John McEnroe di US Open
1981, dia mulai kehilangan sinarnya dan hanya bisa memenangkan dua pertandingan
pada 1982 sebelum mengumumkan pengunduran diri pada 1983.
McEnroe
memintanya mengubah keputusan tersebut, tapi Borg tertap berkeras. Kabar
tersebut mengejutkan semua orang di dunia tenis. Arthur Ashe menuturkan kepada
Sport Illustrated: "Saya rasa dia bisa memenangkan Grand Slam (semua empat
gelar besar dalam satu tahun). Tapi saat dia pergi, tantangan sejarah tidak
berarti apa-apa. Dia seperti Elvis atau Liz Taylor atau sejenisnya." Borg
mungkin bisa kembali, tapi tidak akan pernah bisa menjadi pemain besar di ATP
Tour lagi.
Florence
Griffith-Joyner (Atletik)
'Flo-Jo'
adalah gadis kesayangan di Olimpiade Seoul 1988 saat dia berhasil menyabet
medali emas dalam cabang sprint 100m, 200m dan 4x100m. Ratu sprint Amerika itu
membukukan rekor 10,49 di pemanasan 100m Olimpiade Korea Selatan dan 21,34 di
final 200m Olimpiade Seoul — rekor dunia yang bertahan sampai saat ini. Namun
dia terus dihantui rumor penggunaaan obat-obatan selama kariernya, meski tidak
pernah gagal dalam tes dan pensiun setelah Olimpiade.
Sepuluh
tahun kemudian dia meninggal dalam tidur karena serangan epilepsi parah.
Suaminya meminta tubuh Joyner diperiksa penggunaan steroid untuk membersihkan
namanya — tapi kemudian batal karena tubuhnya tidak memiliki cukup urin di
kandung kemih dan tes tidak bisa dilakukan secara akurat dengan sampel biologi
lain.
Bobby
Fishcer (Catur)
Bobby
Fischer pecatur dari AS menjadi juara dunia pada 1972 setelah mengalahkan Boris
Spassky di pertandingan catur paling terkenal sepanjang masa, tapi kemudian
menolak bermain dalam beberapa kejuaraan selama hampir 20 tahun.
Fischer
juga pernah dijadwalkan bertemu dengan Anatoly Karpov pada 1975 untuk
mempertahankan gelarnya tapi memutuskan untuk mundur.
Fischer
akhirnya bertemu lagi dengan Spassky di Yugoslavia pada 1992 meski PBB
melakukan embargo melarang mengadakan pertandingan olahraga resmi di negara
tersebut. Fischer menggelar konferensi pers saat Amerika melarangnya bermain —
yang berarti dia terpaksa menghabiskan sisa hidupnya di pengasingan.
Dia
kemudian mengeluarkan beberapa pernyataan anti-Amerika, anti-Israel dan
anti-Semit, dan bahkan menulis surat pribadi mendukung Osama Bin Laden tidak
lama setelah 11 September 2001. Dia meninggal dunia karena gagal ginjal pada
2008 saat tinggal di Islandia.
Pat
Tillman (NFL)
Bintang
football Amerika Pat Tillman sedang menikmati karier sukses bermain untuk
Arizona Cardinals di NFL ketika dia memutuskan menolak kontrak $ 3,6 juta dolar
(sekitar Rp 33 miliar) karena bergabung dengan militer Amerika.
Tillman
mengikuti beberapa operasi di Irak dan Afghanistan tapi meninggal dengan tragis
di pegunungan Afghanistan pada 2004. Pihak militer AS mengklaim kalau Tillman
terbunuh oleh tembakan lawan, tapi kemudian terungkap kalau dia terkena
tembakan dari pasukan teman (friendly fire) ketika salah satu pasukan Sekutu
menembak satu sama lain karena kebingungan.
Shaun
Tait (Kriket)
Shaun
Tait mengumumkan pengunduran dirinya dari kriket pada Maret 2012 untuk
memfokuskan diri ke Twenty20. Tait baru berusia 28 tahun, tapi masalah pada
punggungnya selama bertahun-tahun, ditambah rasa rindu terhadap rumah selama
tur, membuat Tait kehilangan semangat untuk bermain. Suatu kehilangan besar
untuk kriket.
George
Foreman (Tinju)
Foreman
memiliki reputasi sebagai salah satu petinju kelas berat terbaik di dunia pada
pertengahan 1970-an, mengalahkan sang lagenda Joe Frazier pada 1973 dan kalah
dari Muhammad Ali di Zaire setahun kemudian. Dia mundur karena mengalami sakit
keras tidak lama setelah melawan Jimmy Young pada 1977 — sebuah momen yang
dipandangnya sebagai pengalaman hampir mati dan mendorongnya untuk mundur dan
menjadi Kristen taat. Foreman
kemudian menjadi pendeta.
Yang
juga mengejutkan adalah ketika dia kembali ke ring 10 tahun kemudian dalam usia
38 tahun. Dalam karier keduanya dia brehasil menyabet gelar juara dunia dalam
usia 45 tahun sebelum akhirnya mencetak jutaan dolar di pasar peralatan dapur.
Guy
Roux (Sepak bola-mundur saat pertandingan)
Roux
berhasil mencetak sejarah ketika menjadi manajer Auxere selama 44 tahun dari
1961-2005, dan dibujuk kembali ke dunia sepak bola untuk mengurus Lens pada
Juni 2007. Tapi musimnya dimulai dengan buruk, dan dia meninggalkan klubnya
saat paruh waktu pertandingan keempatnya.
Juan
Manuel Fangio (Balap F1)
Pembalap
asal Argentina itu mundur pada 1958 setelah memenangkan juara dunia dalam empat
musim. Dia total memenangkan lima gelar dunia dengan empat tim yang berbeda dan
rekornya tidak terpecahkan sampai Michael Schumacher muncul 40 tahun kemudian.
Fangio
bisa meraih lebih banyak prestasi jika dia mau, tapi memutuskan untuk mundur
karena tidak perlu lagi membuktikan apapun.
Seperti
yang ditulis David Tremayne dalam obituari Fangio di Independent: "Dia pensiun di Reims, di pertengahan
1958, dalam usia 47 tahun, memegang kuat keyakinan kalau juara, aktor dan
diktator harus berhenti saat berada di atas."
0 comments:
Post a Comment
Terimakasih Telah Berkunjung
Tinggalkanlah Sedikit Pesan Sebagai Referensi